AI dalam E-Recruitment: Menemukan Kandidat Terbaik dengan Teknologi Canggih

Saatnya Anda berkolaborasi dengan kami!

Hubungi Kami

AI dalam E-Recruitment: Menemukan Kandidat Terbaik dengan Teknologi Canggih

 

Bisnis sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pasar tenaga kerja di era digital yang terus berkembang. Teknologi seperti big data dan kecerdasan buatan (AI) telah membuat proses rekrutmen lebih efektif dan efisien. AI dapat mempercepat proses pencarian kandidat yang memenuhi kebutuhan perusahaan, mengurangi waktu seleksi yang sebelumnya memakan berminggu-minggu menjadi hanya beberapa hari atau bahkan jam. Teknologi ini memudahkan penyaringan dan analisis resume serta penilaian seberapa cocok kandidat dengan budaya perusahaan. Ini membantu perusahaan menemukan kandidat terbaik dengan cara yang lebih terorganisir dan terkonsentrasi.

Meskipun AI dan big data memiliki banyak manfaat, penerapan teknologi ini dalam rekrutmen juga memiliki beberapa masalah. Beberapa masalah etika muncul, seperti kemungkinan bias algoritma dan masalah privasi data, yang dapat mengganggu proses seleksi yang adil dan transparan. Oleh karena itu, meskipun teknologi ini meningkatkan efisiensi, perusahaan harus berhati-hati dan memastikan bahwa AI digunakan secara adil dan etis. Mereka juga harus mempertimbangkan bagaimana teknologi ini dapat mempengaruhi kesempatan calon karyawan yang mungkin tidak dipilih oleh sistem otomatis.

 

Fitur Kunci AI dalam E-Recruitment

Proses rekrutmen modern, seperti e-recruitment, dirancang untuk menghadirkan efisiensi dan akurasi melalui pemanfaatan teknologi canggih. Salah satu aspek yang menonjol adalah integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam platform e-recruitment. Beragam fitur berbasis AI kini menjadi elemen utama dalam mempercepat dan mengoptimalkan berbagai tahapan rekrutmen. Berikut adalah beberapa fitur kunci yang sering digunakan dalam e-recruitment:

  1. Penyaringan Otomatis: Keunggulan AI dalam e-recruitment adalah kemampuan untuk mengotomatiskan proses penyaringan kandidat pada tahap awal proses. Teknologi ini memungkinkan sistem secara otomatis memilih keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi dari profil dan resume kandidat.
    AI membantu tim HR mengidentifikasi kandidat potensial dengan lebih cepat karena dapat menilai keterampilan dan pengalaman kandidat dengan akurat. Ini menghemat waktu perekrut dan meningkatkan proses pencarian kandidat, memastikan hanya kandidat yang memenuhi persyaratan yang masuk ke tahap berikutnya.

  2. Proctoring AI telah meningkatkan wawancara dengan fitur proctoring. Ekspresi wajah kandidat selama wawancara dapat diamati oleh sistem ini, yang dapat menunjukkan kejujuran, kepercayaan diri, dan respons emosional kandidat.
    Lebih dari itu, fitur ini dapat mendeteksi perilaku mencurigakan, seperti peniruan atau kecurangan, serta penggunaan perangkat yang tidak sah selama wawancara atau tes online. Proctoring berbasis AI meningkatkan kualitas dan integritas proses rekrutmen dengan mencegah kandidat yang curang masuk.

  3. Pengenalan Wajah Fitur pengenalan wajah, juga dikenal sebagai pengenalan wajah, dimasukkan ke dalam sistem penerimaan karyawan online dan membantu mengidentifikasi kecurangan saat melakukan tes atau wawancara online. Dalam proses ini, identitas kandidat diverifikasi melalui foto kartu identitas dan selfie yang diunggah oleh kandidat.
    Sistem akan secara otomatis mendeteksi dan merekam bukti visual atau video jika ada indikasi pelanggaran, seperti penggunaan identitas palsu atau tindakan mencurigakan lainnya. Karena teknologi ini menjamin bahwa hanya kandidat asli yang akan terlibat dalam proses seleksi, perusahaan lebih aman.

E-recruitment memiliki banyak fitur berbasis AI yang membuat proses rekrutmen menjadi lebih efisien. Mereka juga membuat penilaian kandidat lebih akurat dan mengurangi kesalahan pengambilan keputusan.

 

AI dalam Proses Perekrutan: Cara Kerja 

Kecerdasan buatan (AI) kini memainkan peran penting dalam proses perekrutan, mempercepat alur kerja dan meningkatkan kualitas seleksi kandidat. Dengan menggunakan AI, perusahaan dapat mengoptimalkan berbagai tahap dalam akuisisi bakat, dari pencarian kandidat hingga orientasi karyawan baru. Berikut adalah beberapa cara AI dapat digunakan dalam perekrutan:

  1. Pencarian Kandidat
    AI memungkinkan perekrut untuk menemukan dan menghubungi kandidat yang paling cocok lebih cepat dan efisien. Teknologi ini mengotomatiskan pencarian melalui berbagai platform, termasuk basis data internal dan media sosial, untuk menilai dan merekomendasikan kandidat yang sesuai. Beberapa solusi berbasis AI bahkan dilengkapi dengan chatbot yang berinteraksi langsung dengan kandidat, membantu mereka dalam melamar pekerjaan.

  2. Penyaringan Kandidat
    Salah satu tahapan terpenting dalam perekrutan adalah penyaringan kandidat. AI mempermudah proses ini dengan mengotomatisasi analisis resume dan data pelamar, serta menilai kesesuaian kandidat dengan peran yang dilamar. Dengan begitu, perekrut bisa lebih cepat dan tepat dalam memilih kandidat terbaik, memfokuskan perhatian pada mereka yang memiliki potensi lebih besar.

  3. Penilaian Bakat
    AI digunakan untuk menilai kompetensi dan kepribadian kandidat melalui berbagai alat penilaian yang menggabungkan gamifikasi, pengujian keterampilan, dan evaluasi perilaku. Dengan analisis data yang mendalam, AI memberikan wawasan yang lebih jelas mengenai kekuatan, kelemahan, dan ciri-ciri kandidat, meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam memilih talenta yang tepat.

  4. Wawancara Kandidat
    Proses wawancara yang didukung oleh AI menyederhanakan evaluasi kandidat dengan menggunakan analitik suara dan ekspresi wajah untuk menilai sikap, nada bicara, dan kondisi emosional mereka. Platform wawancara AI memungkinkan perekrut untuk melakukan wawancara pra-penyaringan melalui video atau percakapan teks, menganalisis hasilnya untuk memilih kandidat yang lebih cocok untuk tahap wawancara berikutnya.

  5. Penawaran dan Orientasi
    AI juga berperan dalam menciptakan pengalaman orientasi yang menarik dan personal bagi karyawan baru. Dengan pembelajaran mesin, platform AI dapat menyarankan dan menyesuaikan materi orientasi sesuai dengan budaya organisasi, memastikan pengalaman yang mulus dan mendalam bagi karyawan baru, dan membantu membangun hubungan jangka panjang yang sukses.

Secara keseluruhan, AI mempermudah dan mempercepat proses perekrutan, memungkinkan perekrut untuk lebih fokus pada pencarian dan pemilihan kandidat yang tepat dengan lebih efisien.

 

Manfaat AI Dalam Proses E-recruitment

Dengan memanfaatkan teknologi berbasis AI, proses e-recruitment yang dilakukan oleh tim HR dapat menjadi jauh lebih efisien, memberikan mereka lebih banyak waktu untuk fokus pada pembuatan strategi yang lebih besar dan berorientasi pada tujuan. Berikut adalah tiga manfaat utama dari penerapan AI dalam proses e-recruitment yang dapat memberikan dampak signifikan pada kualitas dan kecepatan perekrutan:

  1. Efisiensi yang Lebih Tinggi
    Perekrutan konvensional seringkali menghabiskan hingga 30 jam per minggu hanya untuk menangani tugas administratif seperti mencari kandidat, menyaring resume, menjadwalkan wawancara, dan berkolaborasi dengan anggota tim lainnya. Proses seleksi yang lebih cepat dan efisien dapat terhambat oleh jumlah waktu yang sangat banyak ini. Data kandidat dapat disaring secara otomatis dengan AI, yang mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk proses seleksi. Sekarang proses perekrutan yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu dapat diselesaikan dalam hitungan hari atau bahkan jam, yang meningkatkan kecepatan dan efisiensi secara signifikan.

  2. Proses yang Lebih Adil dan Tanpa Bias
    Meningkatkan keragaman tim sering menjadi tantangan bagi perusahaan. Ketika digunakan dengan benar, kecerdasan buatan dapat membantu mengurangi bias dan subjektivitas dalam penilaian kandidat. AI memastikan proses seleksi yang lebih adil, transparan, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat karena menilai kandidat berdasarkan data objektif seperti pengalaman dan kualifikasi.

  3. Menentukan Kandidat Berkualitas Lebih Cepat
    AI menggunakan algoritma yang canggih untuk menilai berbagai aspek yang menunjukkan kualitas seorang kandidat, seperti keterampilan teknis, pengalaman kerja, dan kesesuaian dengan budaya perusahaan. AI juga menggunakan analisis prediktif berbasis machine learning untuk menilai kemungkinan keberhasilan masa depan kandidat. Dengan kemampuan ini, AI membantu perusahaan menemukan kandidat yang paling cocok dengan perusahaan.

  4. Akurasi Analitik
    Kemampuan untuk memberikan hasil yang lebih akurat dan optimal adalah salah satu manfaat utama menggunakan AI dalam sistem analitik rekrutmen. Teknologi ini memungkinkan bagian sumber daya manusia untuk menganalisis pendapat dan umpan balik karyawan yang sudah bergabung dengan perusahaan. Ini memungkinkan tim sumber daya manusia untuk mengidentifikasi aspek proses rekrutmen yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas rekrutmen di masa depan. Selain itu, karena analisis yang dilakukan didasarkan pada data yang lebih objektif dan terperinci, kandidat yang dipilih juga diprediksi lebih mahir.

  5. Mengurangi Kesalahan Manusia (Human Error)
    Proses pengolahan berkas lamaran dan dokumen kandidat sering memerlukan perhatian khusus. Kesalahan manusia sering terjadi dalam hal-hal seperti mengorganisir atau memverifikasi dokumen. Sistem otomatis berbasis AI memungkinkan proses ini dilakukan dengan lebih tepat dan kurang kesalahan. Penggunaan teknologi otomatis mengurangi kemungkinan kesalahan manusia, sehingga alur kerja rekrutmen menjadi lebih efisien dan optimal.

  6. Meningkatkan Daya Saing Perusahaan
    Sistem analitik berbasis AI dapat membantu perusahaan tetap kompetitif dalam lingkungan bisnis yang selalu berubah. HR dapat menyesuaikan strategi rekrutmen dengan cepat dengan melihat tren pasar dan tolok ukur industri. Hal ini memungkinkan bisnis untuk lebih cepat memilih dan merekrut kandidat terbaik, yang memastikan mereka selalu memiliki tenaga kerja yang berkualitas.

  7. Otomatisasi Tugas Berulang
    Melakukan pekerjaan yang sama berulang kali pasti akan membuat Anda bosan dan tidak efisien. AI, bagaimanapun, dapat mengatasi masalah ini, terutama dalam hal mengotomatisasi tugas-tugas administratif yang memakan waktu, seperti penyaringan kandidat atau pengiriman notifikasi kepada pelamar. Dengan menggunakan AI untuk mengelola tugas-tugas ini, SDM dapat menghemat banyak waktu dan tenaga dan tetap fokus pada aspek strategis yang lebih penting dari proses rekrutmen. Otomatisasi ini mengurangi beban kerja dan memastikan ketepatan dan konsistensi dalam setiap tahap proses seleksi.

 

9 Perusahaan yang Menggunakan AI Dalam Proses Perekrutannya  

  1. Amazon
    Amazon.com, Inc., perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Jeff Bezos pada tahun 1994, menggunakan AI dan machine learning (ML) dalam berbagai bagian operasinya, seperti proses perekrutan. Amazon mempermudah proses seleksi kandidat, mulai dari menemukan pekerjaan yang tepat hingga memberikan fleksibilitas melalui penilaian online, dengan menggunakan alat berbasis AI. Teknologi ini sangat penting untuk mengurangi bias dan menciptakan proses rekrutmen yang lebih egaliter. Dengan menggunakan pemrosesan bahasa alami (NLP), AI menganalisis resume untuk mencocokkan keterampilan, pengalaman, dan minat kandidat, meningkatkan keragaman pelamar yang diterima. Selain itu, proses ini mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk perekrutan, yang memungkinkan perusahaan untuk bergerak lebih cepat dan lebih efektif.

  2. Unilever
    Perusahaan multinasional asal Inggris yang bergerak di bidang barang konsumen Unilever menggunakan teknologi AI saat merekrut. Unilever bekerja sama dengan berbagai alat penilaian keterampilan yang menggunakan AI untuk memindai bahasa tubuh, pilihan kata, ekspresi wajah, dan wawancara video kandidat. Sistem ini menggabungkan fitur yang dapat memprediksi kesuksesan dalam tugas tertentu. Dengan memproses lebih dari 2 juta lamaran pekerjaan, penggunaan AI dalam proses perekrutan ini telah menghemat waktu dan biaya secara signifikan. Karena AI membantu mengurangi bias dalam proses seleksi, keberagaman kandidat yang diterima juga meningkat.

  3. Procter & Gamble (P&G)
    Perusahaan barang konsumen asal Amerika Procter & Gamble (P&G) menggunakan AI dalam proses perekrutan. P&G membuat chatbot berbasis AI untuk menghemat waktu dan tenaga manusia dengan membantu kandidat berinteraksi. Chatbot ini membantu kandidat dengan informasi dan menjawab pertanyaan umum. Selain itu, P&G sedang menguji berbagai alat AI generatif yang akan mempercepat proses rekrutmen dan membantu menemukan bakat terbaik. Selain itu, investasi dalam teknologi AI ini memungkinkan P&G untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam menyederhanakan proses seleksi dan menemukan kandidat terbaik dengan lebih cepat.

  4. Gojek
    Sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia, Gojek juga menggunakan teknologi AI dalam proses perekrutan. Dengan menggunakan sistem berbasis AI untuk menyaring dan menganalisis data pelamar dan membantu SDM dalam memilih kandidat yang memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan, Gojek dapat mengurangi bias dalam proses seleksi dan meningkatkan keberagaman dalam proses perekrutan. Selain itu, AI juga digunakan untuk mempercepat proses perekrutan dan mengurangi jumlah kandidat yang tidak memenuhi syarat.

  5. Tokopedia
    Tokopedia, situs e-commerce terbesar di Indonesia, telah menggunakan kecerdasan buatan dalam berbagai aspek bisnis, termasuk proses perekrutan. Sistem berbasis kecerdasan buatan yang digunakan Tokopedia memungkinkan analisis mendalam profil dan resume kandidat, dan juga memungkinkan kecerdasan buatan untuk memilih kandidat terbaik untuk posisi yang dibutuhkan. Tokopedia dapat menggunakan AI untuk lebih cepat menemukan bakat terbaik, mengurangi bias, dan meningkatkan keberagaman tim HR.

  6. Pertamina Pertamina
    Perusahaan energi milik negara terbesar di Indonesia, telah menggunakan AI dalam proses perekrutan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi. AI menganalisis data pelamar dan mempercepat proses seleksi, sehingga lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk memilih kandidat terbaik. Selain itu, Pertamina menggunakan AI untuk menemukan bakat yang cocok untuk posisi tertentu.

  7. Bank BRI
    Bank BRI, salah satu bank terbesar di Indonesia, telah mengadopsi teknologi AI dalam proses perekrutan untuk mempercepat seleksi dan meningkatkan efektivitas pencarian talenta. Dengan menggunakan alat berbasis AI, Bank BRI dapat menyaring pelamar lebih cepat dan lebih akurat, berdasarkan kecocokan keterampilan dan pengalaman dengan posisi yang tersedia. AI juga digunakan untuk mengevaluasi data pelamar dan mengurangi bias dalam seleksi, memastikan bahwa keputusan perekrutan lebih objektif dan adil. Teknologi ini memungkinkan Bank BRI untuk mempercepat proses perekrutan dan menemukan kandidat yang paling tepat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

  8. Bukalapak
    Salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak memanfaatkan AI untuk mempercepat proses perekrutan dengan sistem berbasis machine learning. Sistem ini memungkinkan Bukalapak untuk menyaring dan menganalisis kandidat dengan lebih cepat dan efisien. AI mempercepat proses seleksi dan menyesuaikan kandidat dengan pekerjaan yang tersedia. AI juga digunakan untuk meningkatkan keberagaman perusahaan, mempercepat perekrutan, dan mengurangi bias dalam pemilihan kandidat.

  9. Domino's 
    Domino's, jaringan restoran pizza yang tersebar di seluruh dunia, menggunakan kecerdasan buatan untuk mengatur seluruh proses penerimaan dan penerimaan karyawan. Setiap kandidat menjalani prosedur yang sama dan dievaluasi tanpa bias manusia. Domino's bekerja sama dengan perusahaan penilaian prakerja untuk menggunakan kecerdasan buatan untuk menilai kesuksesan kandidat melalui pemindaian ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan pilihan kata dalam wawancara video. Hasilnya, Domino's melaporkan peningkatan produktivitas, pengalaman pelanggan yang lebih baik, dan efisiensi operasional yang lebih tinggi setelah penggunaan AI, yang membantu mengurangi biaya dalam mengidentifikasi talenta dan membuat prediksi yang lebih akurat.

AI telah terbukti sangat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, termasuk Pertamina dan Bank BRI. Dengan menggunakan teknologi ini, mereka dapat meningkatkan efisiensi, mempercepat proses perekrutan, dan memastikan bahwa mereka memilih kandidat yang paling sesuai untuk posisi yang dibutuhkan, sembari menjaga keberagaman dan mengurangi bias dalam seleksi.

 

Tantangan dalam Implementasi AI pada Proses Rekrutmen

  1. Kurangnya Transparansi
    Kekompleksan algoritma yang digunakan, terutama dalam sistem deep learning, adalah salah satu masalah paling umum saat menggunakan AI dalam proses rekrutmen. Karena cara mereka bekerja yang sangat teknis dan bergantung pada analisis data besar, terkadang sulit untuk menjelaskan secara jelas. Pelamar, tim sumber daya manusia, dan manajemen dapat tidak percaya satu sama lain jika Anda tidak dapat menjelaskan mengapa AI membuat keputusan. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan kecemasan tentang kemungkinan kesalahan atau bias yang tersembunyi dalam keputusan sistem. Oleh karena itu, perusahaan harus mengembangkan cara untuk menjelaskan dan menyimpan catatan tentang bagaimana AI membuat keputusan untuk membuat proses rekrutmen berbasis teknologi menjadi transparan dan percaya diri.

  2. Bias Algoritma
    Risiko terjadi bias algoritma merupakan salah satu masalah utama dalam penerapan AI pada proses rekrutmen. Meskipun AI dirancang untuk mengambil keputusan secara otomatis, algoritma yang digunakan dapat mempelajari dan memperkuat bias yang mungkin ada dalam data pelatihan, seperti diskriminasi berdasarkan gender, ras, atau usia. Tanpa pengelolaan yang tepat, bias ini dapat terulang dan bahkan menjadi lebih buruk, yang mengakibatkan keputusan perekrutan yang tidak adil. Bias tersebut dapat merugikan kelompok tertentu, merusak reputasi organisasi dan menghambat keberagaman. Oleh karena itu, perusahaan harus secara aktif memonitor dan memvalidasi data yang digunakan oleh sistem AI untuk mengurangi bias dan memastikan keputusan yang diambil adil dan objektif.

  3. Masalah Privasi dan Kepatuhan
    Masalah terbesar dengan menggunakan AI dalam rekrutmen adalah pengolahan data pribadi pelamar, yang seringkali mencakup informasi sensitif seperti latar belakang, pengalaman kerja, dan preferensi pribadi. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memastikan bahwa sistem AI mengumpulkan dan memproses data sesuai dengan peraturan perlindungan data dan privasi yang berlaku, seperti GDPR di Eropa atau undang-undang penerimaan

  4. Kurangnya Pemahaman Pihak Pengguna
    Manajemen perusahaan dan tim HR seringkali tidak memahami sepenuhnya cara kerja AI. Ini dapat menjadi hambatan besar dalam adopsi dan penerapan sistem AI, bahkan dapat menyebabkan resistensi. Jika para pengambil keputusan tidak memahami sepenuhnya manfaat dan potensi AI, mereka mungkin ragu untuk mengintegrasikan alat AI ke dalam bisnis mereka.

  5. Keterbatasan Teknologi
    Beberapa sistem AI yang digunakan dalam proses rekrutmen mungkin tidak selalu akurat atau mampu membuat penilaian yang benar-benar sempurna, meskipun kemajuan teknologi AI sangat luar biasa. Karena banyaknya variabel yang harus dipertimbangkan, tidak semua sistem AI mampu menghasilkan prediksi atau keputusan yang sepenuhnya tepat. Beberapa implementasi sistem AI mungkin kurang canggih dan membutuhkan evaluasi dan penyesuaian berkelanjutan untuk memastikan keakuratannya. Dalam beberapa situasi, elemen manusia harus melakukan pengecekan atau pengawasan untuk memastikan bahwa hasil AI sesuai dengan ekspektasi dan standar perusahaan. Akibatnya, perusahaan harus terus memantau dan mengoptimalkan kinerja sistem AI mereka serta menerapkan proses manual untuk mengurangi kesalahan.

 

Teknologi Rekrutmen Terbaik untuk Meningkatkan Efisiensi Proses Perekrutan

  1. Sistem Pelacakan Aplikasi (ATS): Kemudahan penggunaannya memungkinkan perekrut untuk lebih efisien dan terorganisir, sehingga banyak perekrut kini bergantung pada ATS selama proses rekrutmen. ATS mempercepat proses rekrutmen dengan memudahkan pengelolaan lamaran dari berbagai sumber, memposting posisi di situs web perusahaan atau platform lain, dan mengirim notifikasi otomatis kepada pelamar, sehingga perekrut tidak perlu lagi menghubungi mereka satu per satu. Ini menyederhanakan proses rekrutmen dan memungkinkan perekrut untuk fokus pada kandidat yang paling sesuai.

  2. Employer Background Check: Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kandidat memiliki kompetensi yang tepat untuk posisi tersebut. Pengecekan riwayat pendidikan, catatan kriminal, riwayat pekerjaan, dan elemen lainnya yang terkait dengan posisi yang ditawarkan adalah bagian dari proses ini. Penelitian Hireright menemukan bahwa 57% perusahaan menganggap pemeriksaan latar belakang lebih baik dalam perekrutan karena memastikan bahwa kandidat memenuhi syarat yang dibutuhkan perusahaan.

  3. Chatbot: Chatbot adalah inovasi baru dalam proses rekrutmen yang memungkinkan kandidat berinteraksi secara otomatis dengan perusahaan. Chatbot membantu perekrut mengurangi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk berkomunikasi karena mereka dapat menjawab pertanyaan yang sering diajukan oleh kandidat tentang pekerjaan atau status wawancara. Selain itu, chatbot juga membantu perekrut menganalisis cara kandidat berkomunikasi dan memberikan wawasan tentang respons mereka. Proses ini meningkatkan pengalaman kandidat dan mengurangi keluhan tentang komunikasi atau informasi yang buruk selama proses rekrutmen.

  4. Online Assessment: Cara yang lebih objektif dan relevan untuk menilai kemampuan dan kualitas kandidat adalah melalui penilaian online; ini sangat penting untuk proses rekrutmen yang adil dan transparan. Penilaian ini tidak hanya mencegah bias perekrut, tetapi juga membantu dalam memilih kandidat yang benar-benar memenuhi syarat kompetensi perusahaan. Penilaian keterampilan, kecerdasan, atau kepribadian kandidat memberikan gambaran lebih mendalam tentang bagaimana kandidat akan bekerja untuk posisi tersebut. Proses rekrutmen dapat mempersempit pilihan kandidat yang sesuai dengan hasil penilaian yang objektif. Ini juga memungkinkan organisasi untuk membangun pool bakat untuk kebutuhan masa depan.

  5. Automated Video Interview: Dalam industri rekrutmen, wawancara video otomatis semakin populer karena memungkinkan perekrut untuk lebih memahami kepribadian kandidat. Sistem ini memungkinkan perekrut untuk menilai respons kandidat dengan lebih baik daripada hanya melakukan wawancara telepon karena kandidat akan menjawab serangkaian pertanyaan yang sudah direkam sebelumnya. Selain itu, wawancara video otomatis membuat proses lebih adil karena pertanyaan yang diberikan kepada setiap kandidat sama. Perekrut dapat dengan mudah mengatur wawancara video otomatis melalui fitur pre-interview automation di beberapa platform, seperti Talentics. Ini memberikan pengalaman yang sebanding dengan wawancara langsung meskipun tidak terjadi secara real-time.

  6. Realitas Virtual (VR): Perusahaan dapat menggunakan VR untuk memberikan pengalaman lebih mendalam kepada kandidat tentang perusahaan dan budaya kerjanya, bahkan tanpa harus berada di lokasi fisik. Ini menunjukkan bahwa perusahaan terbuka terhadap kemajuan teknologi dan dapat menarik kandidat.

  7. Social Recruitment: Rekrutmen melalui media sosial semakin populer, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang lebih sering menggunakan platform seperti Facebook, Instagram, LinkedIn, dan Twitter. Media sosial memungkinkan perekrut untuk menjangkau kandidat secara langsung dan terhubung dengan mereka melalui platform yang mereka gunakan setiap hari. Selain itu, rekrutmen sosial memungkinkan perekrut untuk mencari kandidat yang memiliki keahlian yang lebih baik daripada yang mereka miliki sebelumnya. Perekrut dapat menargetkan kandidat yang lebih aktif melalui teknik ini dan terlibat dengan perusahaan melalui sosial media, membangun hubungan yang lebih kuat dengan audiens yang relevan.